Pawai Ogoh-Ogoh Meriah, Sayangnya Bupati Mi’an Berhalangan Hadir

PEWARTA: FIRDAUS 
PORTAL BENGKULU UTARA – Menjelang Hari Raya Nyepi, masyarakat Hindu menjalani sejumlah ritual khas yang pada hakikatnya merupakan upaya pensucian diri dan lingkungan sekitar. Pada 2-4 hari sebelum Nyepi, masyarakat menyucikan diri dan perangkat peribadahan di pura melalui Upacara Melasti. 
Satu hari sebelum Nyepi, biasanya dilakukan ritual Buta Yadnya (Bhuta Yajna), semacam rangkaian upacara untuk menghalau kehadiran buta kala yang merupakan manifestasi unsur-unsur negatif dalam kehidupan manusia. Dalam rangkaian tersebut, terdapat tradisi pawai ogoh-ogoh yang membuat festival tahunan menjadi semarak dan menarik pariwisata. 
Pawai ogoh-ogoh di Arga Makmur kabupaten Bengkulu Utara dalam empat tahun terakhir selalu mendapat dukungan penuh dari pemerintah daerah setempat. Disayangkan pada tahun ini Bupati Bengkulu Utara, Ir Mian berhalangan menghadiri ritual khas umat Hindu tersebut.
Namun, warga tidak terlalu berkecil hati lantaran, Mantan Bupati BU DR Ir HM Imron Rosyadi MM MSi, yang sejak beberapa tahun terakhir menyempatkan diri membaur dengan warga, pada hari Senin (27/03) kemarin tetap meluangkan waktu untuk bersama-sama warga dalam memeriahkan acara menyambut hari raya Nyepi. 
Parisada Hindu Dharma Indonesia, Provinsi Bengkulu Made Astawa, disela-sela perayaan tersebut menuturkan, ia sangat bersyukur umat hindu tahun ini kembali dapat menyambut hari raya nyepi dengan menggelar arakan ogoh-ogoh keliling kota Arga Makmur. Dikatakan Made, tahun ini diikuti oleh tiga desa, yang menyumbangkan 5 boneka ogoh-ogoh dengan diarak 412 umat Hindu.
” Saya tidak menyangka, antusias masyarakat dalam menyaksikan kesenian umat Hindu ini sangat besar, sehingga dalam setiap perayaan Nyepi, kami berusaha  keras agar tradisi mengarak boneka sosok iblis bagi penganut umat hindu ini, dapat terus berlangsung,” ungkap Made.
Made menjelaskan, pagelaran arakan ogoh-ogoh ini diharapkan dapat mengusir roh atau mahluk jahat yang akan mengganggu umat hindu dalam pelaksanaan nyepi, yang dimulai pada Selasa pagi. Usai diarak, ogoh-ogoh ini dibakar dikuburan, dimana syarat ini agar dapat menetralisir kekuatan negatif yang ada didalam diri setiap umat hindu dapat di musnahkan.
” Semoga saja perayaan ini, dapat terus berlanjut dimana masyarakat kami dapat dberikan kesehatan, untuk selalu mengingat yang maha kuasa. Harapan kami, kedepan kemeriahan pawai ini tidak hanya dapat dinikmati oleh umat Hindu, melainkan juga oleh masyarakat luas, dimana ini menjadi sebuah kebersamaan antar umat bergama,” imbuhnya.
Pada kesempatan itu, I Putu Sura Artika selaku Ketua PHDI Kabupaten BU sangat menyayangkan tidak hadirnya kepala daerah pada perayaan tahun ini, sedangkan pada tahun-tahun sebelumnya selalu dihadiri oleh bupati, yang dianggap raja bagi umat hindu di daerah ia berdomisili.
Kendati demikian, kata Putu, ketidak hadiran Bupati Mi’an mungkin disebabkan oleh padatnya kesibukan. Kedepan ia tetap berharap, perayaan ini dapat dijadikan kesenian yang akan menjadi ikon wisata di Kabupaten BU, seperti halnya yang disampaikan oleh kepala daerah sebelumnya.
” Saya harap kedepan, Pemkab BU terus mendukung dan dapat mensuport kegiatan ini, sehingga dengan digelarnya kegiatan festival tahunan ini dapat menjadi ikon wisata, diwilayah kabupaten BU,” tsindirnya.
Editor: Uj
banner 728x90

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *