Tinjau Lokasi Bencana, DPRD Lebong Jadwalkan Hearing dengan PT PGE Kamis Besok

PEWARTA : YOFING DT  
RABU 21 FEBRUARI 2018 


PORTAL LEBONG – Setelah hampir dua pekan bencana banjir lumpur yang berulang-ulang menimpa persawahan masyarakat Kecamatan Bingin Kuning, Lebong Sakti dan Lebong Tengah Kabupaten Lebong, belum juga ada tindakan dari pemerintah daerah.

Sekalipun dengan hasil yang tidak memuaskan, warga masarakat di daerah Sabo Desa Bungin Kecamatan Bingin Kuning dalam 2 hari terakhir bergotong royong membuat tanggul dari karung yang diisi pasir. Dimaksudkan, untuk menghadang air agar tidak masuk ke sawah. Tapi hanya sebatas meminimalisir dampak banjir, bila diguyur hujan sawah tetap terancam terendam.

Mengetahui hal itu ditambah lagi dengan adanya laporan dari masyarakat, pada Selasa (20/2) anggota DPRD Lebong turun ke lokasi maninjau langsung guna mencarikan. Sidak yang dipimpin langsung oleh Ketua DPRD Teguh Raharjo didampingi unsur pimpinan  dan komisi terkait.

Dari hasil peninjauannya menelusuri alur sungai Air Bungai, Teguh Raharjo menyimpulkan, bencana tersebut bisa jadi akibat tingginya curah hujan dan yang pasti tidak terlepas dari campur tangan atau ulah manusia.

“Itulah yang perlu kita pelajari mungkin dengan melibatkan pihak yang berkompeten di bidangnya. Untuk langkah awal mungkin kita akan menyampaikan dengan pihak terkait yakni BPBD dan PUPR  agar segera melakukan tindakan awal berupa pengerukan alur sungai,” kata Teguh.

Dia juga menghimbau kepada pihak terkait agar cepat tanggap dengan adanya masalah seperti ini karena sifatnya sangat mendesak dan jangan beralasan soal ketersediaan anggaran. Sebab, kata dia dinas terkait bisa menggunakan dana taktis untuk penanganan pertama.

“Jika dibiarkan musibah ini akan semakin parah dan kita minta kepada dinas terkait BPBD dan Dinas Pertanian untuk mendata petani-petani yang terkena dampak bencana ini. Terutama bagi yang menderita kerugian supaya dicari solusinya apakah melalui APBD perubahan  atau nanti kita usulkan ke APBN,” kata dia.

Tentang asumsi masyarakat ada kaitannya musibah ini dengan aktifitas PT.PGE, menurut Teguh itu bisa jadi. Namun jangan langsung memvonis karena banjir memang selalu terjadi di setiap musim hujan.

“Setahu saya air tidak pernah sepekat ini apalagi mengandung lumpur seperti sekarang. Artinya ada campur tangan manusia. Terlepas kita belum bisa memastikan ini akibat dari aktifitas perusahan atau masyarakat nanti kita minta pihak pemerintah untuk menurunkan tim untuk mendalaminya. Agar tidak ada lagi asumsi simpang siur di kalangan masyarakat,” terang Teguh.

Ktika DPRD melanjutkan peninjauan ke PT.PGE, mendapat temuan memang warna air sungai Air Bungai di Desa Bungin Kecamatan Bingin Kuning sama dengan hulu sungai Air Kotok yang berada di dekat lokasi Cluster A  PT.PGE.

“Untuk menindaklanjuti  hal ini kita mengundang pihak PT.PGE untuk hadir tanggal 22 Februri 2018 di gedung DPRD untuk hearing bersama Muspida dan seluruh dinas terkait. Untuk membahas masalah ini agar kita menemukan solusi,” tandas Teguh.

Sementara itu, Pimpro PT PGE Hasan Basri yang menyambut kunjungan dewan akala itu menghaturkan terimakasih. Diharapkan oleh dia setelah ini tidak timbul lagi informasi yang simpang siur ditengah masarakat.

Menurut Hasan, bencana ini tidak ada hubungannya dengan PT. PGE karena sudah hampir 2 tahun tidak ada aktifitas di Cluster A  yang jaraknya kurang lebih 3 Kilometer dari hulu sungai dimaksud.

“Kami juga korban dalam hal ini dan sudah hampir 2 tahun kami melakukan normalisasi alur sungai Air Kotok yang setiap turun hujan selalu tertutup rata dengan material  Bukit Beliti Besar atau Bukit Blerang,” terang Hasan.

Dipastikan olehnya, pihak perusahaan tidak pernah membuang limbah pengeboran ke sungai dan ia menyatakan siap menghadiri undangan hearing dari DPRD. Supaya semuanya jelas dan bisa menemukan solusi yang  tepat.


Editor : Uj

banner 728x90

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *