Mantan Kades setempat, Irawan mengungkapkan, desa tersebut dibuka 17 tahun silam tepatnya di tahun 2000, sedangkan warga trans yang semula sudah meninggalkan lokasi kemudian yang masih bertahan saat ini adalah warga trans lokal dari daerah sekitar.
“Selain sarana pendidikan yang tidak memenuhi sarat, lahan juga banyak terlantar. Para murid bisa mengikuti proses belajar mengajar secara bergantian, sebab lokal yang ada hanya satu.” tutur Irawan Rabu.
“Muridnya memang hanya 13 orang dan tenaga guru ada 4 orang termasuk Kepala Sekolahnya,” papar Irawan.
Editor: Uj