Pengerjaan proyek senilai Rp 5,6 milyar tersebut, terutama pada item tapak penyangga terlihat retak. Menurut keterangan dewan hal itu erat kaitannya dengan pemasangan angker tidak dari bawah. Selain itu semestinya uji mutu beton dilakukan di laboratorium terkemuka.
” Seharusnya uji beton dilakukan di laboratorium yang telah diakui kompetensinya contohnya seperti Lab PT Wika, ini malah katanya diuji di Bengkulu, tidak pula disebutkan Lab yang mana,” tukas Ketua Komisi II, Zulfahni.
Alasan dewan meragukan hasil uji beton tersebut, lantaran pihaknya belum tahu kelas dan tingkat keakuratan dari lab yang katanya berada di Bengkulu itu.
” Uji mutu betonnya patut diragukan, dan patut dipetanyakan,” imbuh dia.
” Kita melakukan pengujian betonnya di Bengkulu,” ujar Dino.
Editor : Uj