Lebih memprihatinkan lagi, warga desa termasuk anak-anak sekolah SD dan SMP tidak punya pilihan lain untuk berangkat dan pulang sekolah harus melintasi jembatan yang tidak pernah mendapat sentuhan pemeliharaan tersebut.
“Mengingat jembatan itu satu-satunya akses bagi warga, dan untuk menjaga jangan sampai ambruk, kami memasang penyangga darurat terbuat dari kayu dan diikat dengan tali,” tutur Kepala Desa Air Palawan, Syamsul, kepada awak media ini, Minggu (23/07).
Dijelaskan Kades, baut-baut penguat penyangga jembatan sudah banyak yang sudah tidak ada lagi, demikian pula dengan lantai dan perlengkapan lainnya, selain lapuk juga berkarat. Kondisi ini kata dia sangat membahayakan bila yang melintasi tidak ekstra hati-hati.
“Untuk mendapatkan perbaikan, kami telah berupaya mengajukan usulan kepada pihak PUPR dan Bappeda Kabupaten Kaur pada tahun 2016 lalu, namun hingga kini belum ada tanda-tanda akan direhab.” terang Kades.
Editor: Uj