Keringnya irigasi ini menurut pengakukan warga petani setempat, Nasroni (52) terjadi akibat dari kurang beresnya pembangunan yang dilaksanakan oleh pihak PUPR Kepahiang tahun anggaran 2016/2017 yang tak kunjung selesai.
” Secara pribadi kita sangat mendukung program pembangunan yang diluncurkan oleh pemerintah, namun dengan akibat yang seperti sekarang ini sangat disesalkan. Tidak kurang dari 40 hektar sawah terbengkalai, petani tidak bisa turun tanam karena ketersediaan air tidak ada,” tutur Nasroni, Kamis (09/11).
Kejadian itu kata Nasroni akibat dari adanya pembangunan jaringan irigasi baru. ” Saya heran sedemikian lama sudah hampir 1 tahun pekerjaan pembangunan irigasi tersebut tak kunjung selesai, yang menanggung dampaknya adalah kami petani,” imbuh Nasroni.
Dia juga menyebutkan, untuk mengganti komoditi tanaman para petani setempat belum bisa melakukannya karena sudah terbiasa bertanam padi.
Editor : Uj