“Baru saja selesai akhir desember 2017 atau sekitar 2 bulan lalu, jembatan ini sudah mengalami kerusakan. Kami menduga itu merupakan kelalaian pihak pelaksana yang menggunakan kayu yang kualitasnya kurang baik,” tutur salah warga stempat, Suharjono kepada awak portalbengkulu.com, Sabtu.
Secara kasat mata, kata Suharjono dia melihat kayu yang digunakan tidak sesuai standar kayu jembatan, bahkan sebagian terlihat ada yang sudah lapuk. Dengan demikian tentu hasilnya di beberapa bagian sudah ada yang patah dan kropos.
“Proyek tersebut dikerjakan oleh CV Penishi Putra. Bisa dilihat sendiri lantainya sudah ada yang lapuk dan patah. Padahal dengan dana hampir Rp 100 Juta semestinya dengan dana sebesar itu kualitasnya bisa jauh lebih baik,” beber dia.
Anehnya yang kata Suharjono disebut pengerjaannya asal jadi itu, proyek APBD-P BU tahun 2017 tersebut terkesan ada pembiaran dari tim pengawas PUPR setempat bahkan diterima dengan baik oleh tim PHO.
Editor : Uj