Wujud Solidaritas Terhadap Guru Tewas Dianiaya Murid, PGRI BU Ajak Guru Doa Bersama

PEWARTA : SULISWAN 
MINGGU 4 FEBRUARI 2018 


PORTAL BENGKULU UTARA – Sebagai wujud solidaritas terhadap Guru Tidak Tetap (GTT) di SMA Negeri 1 Torjun, Kabupaten Sampang Madura, Ahmad Budi Cahyono yang meninggal dunia di RS dr Sutomo Surabaya pasca dianiaya oleh muridnya sendiri, PGRI Bengkulu Utara akan mengadakan doa bersama.
Aksi solidaritas ini direncanakan akan dilaksanakan pada Senin (5/2) dan PGRI menghimbau  kepada segenap guru pada setiap tingkatan di sekolahnya masing-masing sekabupaten Bengkulu Utara untuk memanjatkan doa pada saat upacara bendera.
“Kami mengajak seluruh kepala sekolah dari PAUD, TK, SD, SMP hingga SLTA sederajat untuk memanjatkan doa saat pelaksanaan upacara bendera Senin besok tanggal 5 februari 2018 di sekolahnya masing-masing dipimpin oleh Inspektur upacara,” tutur Ketua PGRI BU, Suyanto, SPd MPd, Minggu.
Selain doa bersama, PGRI BU juga meminta agar seluruh guru di setiap tingkatan sekolah berkenan untuk menyisihkan sedikit rezeki guna disumbangkan secara sukarela kepada keluarga Ahmad Budi Cahyono.
“Tidak ada unsur paksaan, hanya bersifat sukarela sebagai wujud kepedulian kita sesama guru. Sedangkan Doa bersama yang dilakukan agar kejadian serupa tidak terulang kembali dikemudian hari terhadap tenaga pendidik lain di seluruh penjuru Indonesia,” ujar Suyatno.
Sekedar mengingatkan, Ahmad Budi Cahyono, guru mata pelajaran Seni Rupa SMA Negeri 1 Torjun, Kabupaten Sampang, meninggal dunia di rumah sakit dr Soetomo Surabaya, diduga karena dianiaya oleh muridnya.
Peristiwa ini berawal dari proses belajar mengajar yang terjadi di ruang Kelas XI SMA Negeri 1 Torjun, Sampang, Madura, pada Kamis (1/2). Budi mengajar mata pelajaran Seni Rupa sekitar pukul 13.00 WIB.
“Pada siang sekitar pukul 13.00 WIB, pada saat jam terakhir, guru Budi sedang mengajar mata pelajaran Seni Rupa di kelas XI, materi seni lukis,” kata Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera, Kamis (1/2/2018). (dirilis detik.com)
Pada saat proses belajar mengajar di ruang, MH disebut tidak fokus mendengarkan pelajaran, dan justru mengganggu teman-temannya dengan mencoret-coret lukisan temannya. Kemudian korban menegur siswa tersebut, namun tak dihiraukan.
Siswa tersebut malah semakin menjadi-jadi mengganggu teman-temannya. Akhirnya, korban menindak siswa itu dengan mencoret bagian pipi pelaku dengan cat lukis.
“Siswa ini tidak terima dan memukuli korban,” ujar Barung.
Kejadian pemukulan itu dilerai oleh siswa dan para guru lainnya. Kemudian, korban dibawa ke ruang guru, lalu menjelaskan duduk perkaranya kepada kepala sekolah.
“Saat itu, kepala sekolah tidak melihat adanya luka di tubuh dan wajah korban. Kepala sekolah mempersilahkan korban untuk pulang duluan,” katanya.
Kabar tak sedap diterima kepala sekolah. Keluarga korban mengabarkan bahwa Budi di rumah langsung tidur, karena mengeluh sakit pada lehernya. Selang beberapa waktu kemudian, korban kesakitan dan tak sadarkan diri (koma), lalu dirujuk ke rumah sakit umum dr Seotomo, Surabaya.
Berdasarkan keterangan dari para guru yang berada di RSU dr Soetomo, Surabaya, bahwa korban mengalami kritis dan didiagnosa oleh dokter mengalami mati batang otak, dan semua organ sudah tidak berfungsi.
“Sekitar pukul 21.40 WIB, informasi dari Kadisdik Sampang bahwa, korban sudah meninggal dunia di RSU dr Soetomo,” ujar Barung.

Editor : Uj
banner 728x90

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *