Peristiwa ganjil kerap terjadi terutama menjelang tengah malam di rumah yang ditempati Bung Karno dalam menjalani pengasingan tahun 1938-1942 itu. Suasana tersebut dikemukakan oleh kordinator balai pelestarian cagar budaya Sugrahan.
Diseputaran rumah, yang disewa oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda dari seorang saudagar Tinghoa itu, kata Sugrahan sering terdengar seperti suara derap kaki pasukan berkuda mengarah ke lapangan upacara, bahkan kerap pula diiringi oleh suara ramai seperti suara orang sedang mengikuti upacara.
“Menjelang 17 Agustus ini suara-suara serupa semakin sering saja terdengar, kadang juga ada suara seperti seseorang sedang menarik tali timba menggunakan kerekan di sumur yang terletak tepat di depan beranda bagian belakang rumah itu,” kata Sugrahan.
Bila suara-suara itu muncul, kata Dia diiringi pula dengan bau wewangian bunga melati yang sangat tajam.
Dikabarkan, dengan seringnya muncul suasana mistis tersebut membuat tenaga honorer yang tinggal di kamar belakang tidak ada yang mau bertahan lebih lama, mereka lebih memilih meninggalkan kamar tersebut, dan hanya datang pagi kemudian pulang pada sore hari.
“Semua tenaga honorer menyatakan tidak sanggup menempati kamar belakang dan memilih tinggal di tempat lain datang hanya pada jam kerja pagi hingga sore,” tutur Dia.