lebong  

Rakor Bersama Forkopimcam, Tekan Angka Kekerasan Perempuan dan Anak!

PEWARTA : RUDHY M FADHEL

KAMIS 28 FEBRUARI 2019

PORTAL LEBONG – Dalam rangka menekan angka kekerasan perempuan dan anak, Dinas P3TP2PA Kabupaten Lebong menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) bersama Forkopimcam. Kegiatan yang dilaksdanakan di aula kantor Camat Lebong Selatan dihadiri oleh Kabid TP2A, Kabid PPA, Jusmani, SKM, MM, Camat, Yasir Hadibroto, SE, Danramil 409/02 Lebong Selatan yang diwakili Pelda. Suparman, Kapolsek Lebong Selatan, Iptu. L Naibaho didampingi Kanit Intel. Selain itu, juga hadir dari stakeholder lain seperti Pimpro Pertamina Gheotermal, Hasan bersama Nurhadi selaku humas, Kepala Kantor Cabang Pembantu Bank Bengkulu, Yusal Vedo, SE serta Tak Manajer Area PLTA Tes, Bahtiar.

Saat dikonfirmasi, Jusmani mengatakan tingkat kekerasan terhadap perempuan dan anak semakin hari semakin meningkat. Baru bulan Februari sudah tiga kasus terjadi. Menurutnya, ini suatu kejadian luar biasa dan jelas tidak bisa dipandang sebelah mata.

”Dengan keterbatasan anggaran yang ada kami sudah melakukan koordinasi baik ke tingkat desa, kelurahan, kecamatan maupun ke pihak swasta dan LSM. Bagaimana upaya kita untuk mencegah kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Lebong,” ungkapnya.

Ditambahkan Jusmani, salah satu bentuk kerja sama pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak adalah mencoba megajukan proposal ke Pertamina. Diharapkan keterlibatan Pertamina ikut memperhatikan kondisi pembangunan muwujudkan kabupaten layak anak.

Ada beberapa aspek sebagai acuan dalam mewujudkan kabupaten layak anak agar terpenuhinya hak-hak anak. Yang pertama, aspek aosiologis. Kondisi yang tidak kondusif bagi tumbuh kembang anak, terutama dalam kehidupan keluarga, teman sebaya, masyarakat, media massa dan politik. Pada kehidupan keluarga terjadi pelunturan nilai-nilai kekeluargaan, merenggangnya hubungan antara anak dan orang tua, anak dengan anak dan antar keluarga atau tetangga. Sikap permisif terhadap nilai-nilai sosial yang selama ini telah dianut mulai ditinggalkan.

Aspek antropologis dimana memudarnya nilai-nilai kebersamaan, paguyuban dan kekerabatan merupakan faktor yang membuat menurunnya nilai-nilai yang selama ini memberikan rasa nyaman bagi anak dalam masyarakat. Perubahan global mengancam tata nilai, agama, sosial dan budaya lokal.

Selanjutnya, aspek perlindungan yang mana terbatasnya tempat yang aman bagi anak.
Masih banyaknya anak yang menjadi korban kekerasan, pelecehan, diskriminasi dan perlakuan salah.
Dan terakhir aspek kelembagaan terkait kebijakan, program dan kegiatan pembangunan anak masih parsial dan segmentatif. Belum semua daerah menempatkan pembangunan anak sebagai prioritas.
banner 728x90

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *